Aku cuba tangisi setiap detik pada hari ini, aku kesali setiap jalan yg aku pilih, putih hitam, namun aku pilih kegelapan, dinding dinding, besi besi ini aku tatapi saban hari, sudah hampir luput tangisanku, aku lemparkan padanya, setiap detik waktu berlalu aku hitung, yg pada waktu dahulunya aku sering lupa akan dengan masa, mengapa hari ini aku hitung aku ingati setiap detiknya, aku nanti setiap detik seterusnya.
selang beberapa minit lagi, aku bakal dihidangkan dengan jamuan sangkar besi, tidak ada pilihan kecuali isi perut ini, atau ku biar saja tak berisi, biar sama seperti hidup ini, setiap langkah baruku, aku hitung, aku pejam mata, bila celik saja mata ini, puluhan anak-anak mata memandang tegang ke arahku, berbahaya sungguh aku pada kalian, aku tersenyum sinis, ahh siapapun kau lebelnya disini kau sama bajingan seperti aku, biar aku nyalakan lagi api ini dari aku biar ia terbakar dengan sendirinya, biar aku sedia.....
Segala persoalan aku biarkan tanpa soal...
Setibanya kembali, di ruangan asalku, aku duduk tanpa menyandar, aku masih lagi keras, kerasnya akal fikiranku bagai batu, tak mendengar malah tak pernah di endah, aku hanya campakkan kesakitan lalu aku menyakiti, tidak pula aku terluka, tidak mungkin juga terguris.
aku hanya duduk diam walau dipukul di hempas bertalu-talu oleh berbagai bencana ciptaanku.
Hairan sungguh bagaimana ia tidak mampu menggoncang akalku....
Hakcipta Terpelihara.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan